Pengelola Kawasan Bintaro Jaya (PKB) melakukan audiensi dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) berkaitan dengan penutupan akses off ramp Bintaro Viaduct. Audiensi berlangsung hari Rabu, 22 Oktober 2014, di kantor BPJT, Departemen Pekerjaan Umum, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pengoperasian ruas tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi Ulujami - Kebon Jeruk (W2N) pada bulan Juli 2014 lalu sekaligus perubahan mekanisme transaksi pembayaran toll JORR dan Ulujami - Serpong, berdampak sangat significant terhadap kawasan hunian Bintaro Jaya. Pasalnya, pengoperasian tersebut berakibat pada penutupan akses off ramp Bintaro Viaduct, Sektor 3.
Sontak saja, penolakan dari berbagai kalangan bermunculan. Baik warga Bintaro Jaya maupun wilayah-wilayah di sekitarnya. Mereka merasa keberatan dengan penutupan akses keluar yang sangat vital tersebut. Bentuk protes pengguna jalan tersebut sangat ramai di social media, termasuk twitter @KicauBintaro. Salah satu alasannya, penutupan akses keluar tol tersebut menimbulkan kemacetan yang significant di ruas jalan alternatif di dalam kawasan hunian Bintaro Jaya.
Akses keluar Bintaro Viaduct di Sektor 3 memang telah menjadi alternatif warga yang ingin menuju Sektor 1, 2, 3, dan jalan RC Veteran. Atau, warga dari arah sebaliknya ingin menuju Sektor 7, 9, dan sekitarnya. Dengan penutupan tersebut, otomatis para pengendara kembali memanfaatkan jalan Bintaro Utama 5. Akibatnya, kepadatan arus lalu lintas semakin parah.
Untuk mengurangi kepadatan, PKB telah melakukan pembongkaran Gapura Menteng. Icon tersebut terpaksa dikorbankan untuk memperlancar arus lalu lintas di jalan Bintaro Utama 5.
Belum Ada Solusi
Pengembang Bintaro Jaya melalui PKB juga telah dua kali melayangkan surat keberatan kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Namun, audiensi dengan pihak BPJT baru bisa terlaksana pada akhir Oktober 2014 lalu. Hadir dalam pertemuan teresbut, Bambang Eko, Sekretaris BPJT, beserta jajarannya. Pihak Bintaro Jaya diwakili oleh Adi Wijaya, General Manager Bintaro Jaya dan Dodit Herdianto, Manager Unit PKB.
Dalam pemaparannya, Dodit Herdianto menjelaskan situasi dan kondisi di dalam kawasan hunian Bintaro Jaya terkait dengan penutupan akses off ramp Bintaro Viaduct. Terutama semakin parahnya kepadatan lalu lintas yang terjadi di ruas-ruas jalan Bintaro Jaya.
"Kepadatan kendaraan tidak hanya terjadi pada pagi atau sore hari saja, tapi hampir setiap waktu dan semakin panjang antriannya," tandas Dodit.
Ia melanjutkan, kendaraan-kendaraan dari arah Serpong yang biasa menggunakan askses keluar Bintaro Viaduct untuk menuju Sektor 1 dan sekitarnya, juga menambah kepadatan lalu lintas dan memperparah kondisi internal Bintaro Jaya.
Sementara itu, menurut Bambang Eko, akses off ramp Bintaro Viaduct sifatnya memang sementara, lantaran dulu ruas jalan tol seksi Ulujami - Kebon Jeruk (W2N) belum tersambung dengan jaringan JORR. Setelah ruas jalan itu rampung, mekanisme transaksi pembayaran tol pun berubah. Untuk Golongan I, tarif tol Serpong - Pondok Aren atau sebaliknya Rp 5 000, Bintaro Viaduct - Podnok Aren Rp 2 500, dan Pondok Aren - Ulujami Rp 11 000.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan perubahan mekanisme pembayaran tersebut, ada dua tarif berbeda untuk jarak yang sama. Yaitu, tarif Rp 2 500 untuk pengendara dari Bintaro Viaduct menuju Gerbang Tol Pondok Aren. Sebaliknya, pengendara yang keluar di off ramp Bintaro Viaduct harus membayar Rp 11 000, karena sudah masuk tarif JORR.
"Kalau kami tetap membuka off ramp Bintaro Viaduct, kami menyalahi aturan. Sebab, pengendara yang keluar di Bintaro Viaduct itu sebenarnya belum memakai jalan tol JORR, kami akan disalahkan mengenai hal itu. Makanya, dengan terpaksa kami tutup," papar Bambang Eko.
Dalam pertemuan tersebut juga, dibicarakan beberapa solusi alternatif yang diusulkan oleh pihak pengembang Bintaro Jaya. Namun, masih terkendala masalah teknis dan kajian traffic. Ini memang baru pertemuan pertama kedua pihak. Adi Wijaya berharap ada solusi yang bisa dibicarakan bersama antara pengemabang Bintaro Jaya dengan pihak BPJT.
Pengoperasian ruas tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi Ulujami - Kebon Jeruk (W2N) pada bulan Juli 2014 lalu sekaligus perubahan mekanisme transaksi pembayaran toll JORR dan Ulujami - Serpong, berdampak sangat significant terhadap kawasan hunian Bintaro Jaya. Pasalnya, pengoperasian tersebut berakibat pada penutupan akses off ramp Bintaro Viaduct, Sektor 3.
Sontak saja, penolakan dari berbagai kalangan bermunculan. Baik warga Bintaro Jaya maupun wilayah-wilayah di sekitarnya. Mereka merasa keberatan dengan penutupan akses keluar yang sangat vital tersebut. Bentuk protes pengguna jalan tersebut sangat ramai di social media, termasuk twitter @KicauBintaro. Salah satu alasannya, penutupan akses keluar tol tersebut menimbulkan kemacetan yang significant di ruas jalan alternatif di dalam kawasan hunian Bintaro Jaya.
Akses keluar Bintaro Viaduct di Sektor 3 memang telah menjadi alternatif warga yang ingin menuju Sektor 1, 2, 3, dan jalan RC Veteran. Atau, warga dari arah sebaliknya ingin menuju Sektor 7, 9, dan sekitarnya. Dengan penutupan tersebut, otomatis para pengendara kembali memanfaatkan jalan Bintaro Utama 5. Akibatnya, kepadatan arus lalu lintas semakin parah.
Untuk mengurangi kepadatan, PKB telah melakukan pembongkaran Gapura Menteng. Icon tersebut terpaksa dikorbankan untuk memperlancar arus lalu lintas di jalan Bintaro Utama 5.
Belum Ada Solusi
Pengembang Bintaro Jaya melalui PKB juga telah dua kali melayangkan surat keberatan kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Namun, audiensi dengan pihak BPJT baru bisa terlaksana pada akhir Oktober 2014 lalu. Hadir dalam pertemuan teresbut, Bambang Eko, Sekretaris BPJT, beserta jajarannya. Pihak Bintaro Jaya diwakili oleh Adi Wijaya, General Manager Bintaro Jaya dan Dodit Herdianto, Manager Unit PKB.
Dalam pemaparannya, Dodit Herdianto menjelaskan situasi dan kondisi di dalam kawasan hunian Bintaro Jaya terkait dengan penutupan akses off ramp Bintaro Viaduct. Terutama semakin parahnya kepadatan lalu lintas yang terjadi di ruas-ruas jalan Bintaro Jaya.
"Kepadatan kendaraan tidak hanya terjadi pada pagi atau sore hari saja, tapi hampir setiap waktu dan semakin panjang antriannya," tandas Dodit.
Ia melanjutkan, kendaraan-kendaraan dari arah Serpong yang biasa menggunakan askses keluar Bintaro Viaduct untuk menuju Sektor 1 dan sekitarnya, juga menambah kepadatan lalu lintas dan memperparah kondisi internal Bintaro Jaya.
Sementara itu, menurut Bambang Eko, akses off ramp Bintaro Viaduct sifatnya memang sementara, lantaran dulu ruas jalan tol seksi Ulujami - Kebon Jeruk (W2N) belum tersambung dengan jaringan JORR. Setelah ruas jalan itu rampung, mekanisme transaksi pembayaran tol pun berubah. Untuk Golongan I, tarif tol Serpong - Pondok Aren atau sebaliknya Rp 5 000, Bintaro Viaduct - Podnok Aren Rp 2 500, dan Pondok Aren - Ulujami Rp 11 000.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan perubahan mekanisme pembayaran tersebut, ada dua tarif berbeda untuk jarak yang sama. Yaitu, tarif Rp 2 500 untuk pengendara dari Bintaro Viaduct menuju Gerbang Tol Pondok Aren. Sebaliknya, pengendara yang keluar di off ramp Bintaro Viaduct harus membayar Rp 11 000, karena sudah masuk tarif JORR.
"Kalau kami tetap membuka off ramp Bintaro Viaduct, kami menyalahi aturan. Sebab, pengendara yang keluar di Bintaro Viaduct itu sebenarnya belum memakai jalan tol JORR, kami akan disalahkan mengenai hal itu. Makanya, dengan terpaksa kami tutup," papar Bambang Eko.
Dalam pertemuan tersebut juga, dibicarakan beberapa solusi alternatif yang diusulkan oleh pihak pengembang Bintaro Jaya. Namun, masih terkendala masalah teknis dan kajian traffic. Ini memang baru pertemuan pertama kedua pihak. Adi Wijaya berharap ada solusi yang bisa dibicarakan bersama antara pengemabang Bintaro Jaya dengan pihak BPJT.
Sumber: Kicau Bintaro November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar